Jumat, 25 Mei 2012

Sampah

Penguraian Sampah Plastik Dipersingkat Dari Ribuan Tahun Menjadi Tiga Bulan


Menurut para ilmuwan bahan plastik yang tertimbun di dalam tanah membutuhkan waktu ribuan tahun baru bisa diuraikan sepenuhnya oleh bakteri. Namun hal itu tidak lagi akan menjadi masalah, karena sudah ditemukan cara agar proses penguraian plastik oleh bakteri bisa dipercepat hingga tiga bulan saja.
Untuk itu anda hanya membutuhkan media tanah, ragi dan air, sebagai fermenter atau sarana untuk proses pembusukan. Plastik-plastik yang akan dihancurkan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tempat berisi tanah, bercampur ragi dan air.

Simsalabim! Sampah plastik akan hancur dalam waktu yang luar biasa singkat – hanya tiga bulan berdasarkan hasil penelitian untuk jumlah tertentu – dibanding perkiraan ilmuwan sekitar 200 hingga 1000 tahun. Ini bukan sulap, tapi merupakan pekerjaan makhluk sangat kecil bernama bakteri Sphingomonas dan Pseudomonas.

Daniel Burd, seorang remaja siswa sebuah SMP di Waterloo, Kanada adalah penelitinya. Dengan bantuan gurunya, Mark Menhennet, dia mengadakan penelitian tersebut.

Pertama-tama, ia memasukkan sejumlah kantong plastik ke dalam sejenis tepung.  Berikutnya, ia menggunakan bahan-kimia rumah tangga biasa, yaitu ragi dan air bersih untuk menciptakan suatu solusi yang akan mendorong pertumbuhan mikroba.  Untuk itu, ia menambahkan bubuk plastik dan tanah.  Kemudian campuran bahan itu ditempatkan dalam alat pengocok pada suhu kamar 30 derajat.

Setelah tiga bulan terjadinya peningkatan konsentrasi jumlah mikroba pemakan plastik, Burd menyaring keluar bubuk plastik sisa dan menaruh kultur bakterinya ke dalam tiga botol berisi lembaran-lembaran potongan plastik dari kantong kresek belanja.  Sebagai alat kontrol, dia juga menambahkan plastik ke dalam botol-botol berisi air mendidih yang berakibat kultur bakterinya mati.

Enam minggu kemudian, dia menimbang berat lembaran-lembaran plastik.  Lembaran-lembaran dalam botol kontrol beratnya tetap.  Tetapi lembaran-lembaran plastik yang berada bersama kultur bakteri yang hidup beratnya rata-rata berkurang 17 persen.

Itu belum memuaskan Burd.  Untuk mengidentifikasi bakteri di dalam kulturnya, ia membiarkan mereka tumbuh pada piring agar-agar dan dia mendapati ada empat jenis mikroba.  Ia mengujinya pada lebih banyak lembaran-lembaran plastik dan menemukan hanya pada yang kedua penurunan berat plastik terjadi secara signifikan.

Berikutnya, Burd mencoba mencampur mikroba paling efektif tadi dengan mikroba lainnya.  Dia menemukan mikroba pertama dan kedua secara bersama-sama menghasilkan 32 persen penurunan berat lembaran-lembaran plastik.  Dia berteori mikroba yang pertama menolong mikroba kedua bereproduksi.

Dari test-test untuk mengidentifikasi mikroba didapati mikroba kedua adalah bakteri Sphingomonas dan bakteri penolong itu adalah Pseudomonas.

Seorang peneliti di Irlandia sudah menemukan bakteri Pseudomonas mampu menurunkan jumlah polystyrene (sejenis karet sintetis), tetapi sejauh ini baru Burd dan gurunya itu yang diketahui pertama kali melakukan riset pada tas plastik berbahan polyethelene.

Berikutnya, Burd menguji efektivitas mokrobanya pada temperatur dan tingkat konsentrasi yang berbeda-beda serta dengan penambahan sodium asetat sebagai sumber karbon yang sedia untuk membantu pertumbuhan bakteri.

Pada suhu 37 derajat dan konsentrasi bakteri yang optimal, dengan sedikit tambahan sodium asetat ke dalamnya, Burd mencapai 43 persen penurunan dalam enam minggu.

Plastik dihabiskannya dengan lebih nyata dan jelas dan lebih mudah, dan Burd menebak setelah enam minggu lagi, plastik itu akan musnah.  Namun dia belum mencobanya.

Untuk melihat bagaimana prosesnya akan berlangsung pada skala yang lebih besar, ia mencoba dengan lima atau enam kantong yang utuh dalam sebuah ember yang berisu kultur bakteri.  Dan ternyata berhasil dengan baik.

Aplikasi pada industri seharusnya juga mudah, kata Burd. “Semua yang anda butuhkan adalah sebuah fermenter, yakni medium pertumbuhan, mikroba-mikroba dan kantong plastik.”

Bahan-bahan itu murah, untuk menjaga stabilitas temperatur yang diperlukan hanya sedikit energi karena mikroba menghasilkan panas sendiri ketika proses berlangsung, dan satu-satunya limbah adalah air dan sedikit karbon dioksida.  Setiap mikroba menghasilkan hanya 0,01 persen karbon dioksida dari beratnya yang sangat kecil sekali, kata Burd.

Hasil penelitian oleh remaja SMP ini merupakan sebuah langkah raksasa yang sangat maju, di mana kita menggunakan alam untuk memecahkan masalah yang dibuat oleh manusia.



Sumber 

 http://www.wired.com/wiredscience/2008/05/teen-decomposes/

 http://news.therecord.com/article/354044

0 comments :

Posting Komentar