Mengapa
banyak gunung yang berada di Indonesia selalu penuh dengan sampah?
Bahkan menjadikan tak nyaman untuk kembali di daki. Sampah merajalela
disepanjang jalur pendakian hingga puncak gunung. Apa salah alam yang
telah memberi kita kesempatan menikmati indahnya ciptaan Tuhan? Ini
semua pastilah ulah para pendaki yang "buta" dan tak peduli konservasi!
Enggan membawa turun hanya bungkus permen, snack, mie instan, dan
kaleng / botol plastik minumnya sendiri. Seenaknya menjadikan gunung
tempat sampah raksasa tertinggi. Terlalu! Detik ini berpartisipasilah
bebaskan gunung dari sampah.
Tugas menghapus kebiasaan
menjadikan gunung sebagai tempat sampah tertinggi di negeri ini atau di
daerah sendiri, bukanlah petugas kebersihan atau pengelola taman
nasional, melainkan kita sendiri selaku pendaki. Tak sulit, cobalah tips
berikut ini:
1. Meminimalis Logistik Plastik
Sampai saat
ini memang belum ada larangan membawa logistik berbungkus plastik,
kaleng, dan lainnya saat mendaki gunung. Tapi bukan berarti seenaknya
membawa bahan - bahan yang sulit lebur dengan tanah itu sebanyak
mungkin. Alangkah bijaknya mengurangi jumlah logistik yang mencemarkan
alam itu dengan logistik ramah lingkungan.
Contoh pada hari
pertama pendakian bila berangkat pagi setelah sarapan, bawalah bekal
untuk makan siang dan malam dengan nasi timbel atau lontong berbungkus
daun pisang ditambah menu sesuai selera yang tidak cepat basi. Cara ini
bukan cuma ramah lingkungan, pun lebih efisien karena tinggal memasak
air untuk membuat minuman penghangat.
Bila membawa mie instan
dalam jumlah besar, sebaiknya bungkusnya tidak perlu dibawa mendaki,
kecuali bungkus bumbunya. Isinya disatukan dalam satu kantong plastik
berikut bumbunya.
Lebih baik membawa minuman kotak dibanding
kaleng, karena sampah minuman kotak lebih mudah lebur dan ringan
dibanding kaleng. Tapi tetap saja kotak dan sedotannya harus dibawa
turun. Kurangi membawa minuman air mineral dan lainnya dalam kemasan
botol plastik dengan cara membawa wadah air yang praktis dan dapat
dipakai / diisi berulang - ulang.
2. Turunkan Sampah Sendiri
Biasakan dalam setiap pendakian menyediakan wadah khusus untuk
menurunkan sampah sendiri dan kelompok mulai dari yang kecil seperti
bungkus permen, bekas pembalut ( bagi perempuan ) sampai yang paling
besar seperti bivak atau ponco yang robek. Wadah khusus sampah kelompok
harus kuat agar ketika dibawa turun, sampahnya tidak tumpah atau
tercecer.
3. Gunakan Tenaga Bantuan
Bila keberatan
menurunkan sampah sendiri ataupun kelompok, gunakan tenaga bantuan
khusus untuk menurunkannya. Misalkan porter khusus mengangkat logistik
dan menurunkan semua sampahnya. Tentu butuh biaya tambahan untuk itu.
4. Briefing Sadar Konservasi
Pimpinan pendakian kelompok kecil maupun massal yang diorganisir oleh
organisasi pecinta alam maupun komunitas, harus memberikan briefing
sadar konservasi kepada seluruh pesertanya. Dan mewajibkan setiap
peserta menjaga kelestarian gunung, minimal dengan menurunkan sampah
sendiri.
5. Tidak Buang Sisa Makanan di Mata Air dan Alirannya
Sisa makanan seperti nasi, mie, dan lainnya sebaiknya dipendam dengan
tanah jauh dari sumber air. Jangan didiamkan begitu saja. Jangan mencuci
perlengkapan masak di mata air apalagi buang air besar dan kecil. Ambil
air di sumbernya lalu cucilah perlengkapan masak di tempat yang agak
jauh, begitu juga bila berak dan kencing.
6. Tidak Bakar Sampah di Gunung
Selain merusak dan meninggalkan bekas yang tak sedap dipandang mata,
membakar sampah di gunung juga rawan kebakaran hutan. Ini sudah kerap
terjadi di beberapa gunung. Jangan pula sembarang membuang putung rokok
di semak belukar terlebih pada musim kemarau. Jalan terbaik, bawa turun
sampah sekecil apapun.
7. Tidak Bertindak Vandalisme
Cukup
tinggalkan jejak langkah, bukan coret - coretan di batu, kayu, maupun di
pos / shelter pendakian. Cukup ambil / rekam gambar, bukan ambil fauna
dan flora milik hutan gunung. Tak perlu menuliskan nama dan kelompok di
gunung hanya untuk sekadar membuktikan kalau sudah sampai di puncak
tertinggi. Coretan hasil vandalisme yang bukan pada tempatnya itu
sungguh merusak pemandangan.
8. Mengecek Logistik Pendaki
Biaskan setiap pendaki membuat list logistik pendakiannya. Sedangkan
pengelola gunung dalam hal ini petugas taman nasional harus mengecek
list tersebut di kantor ataupun basecamp titik awal pendakian, dan
mewajibkan setiap pendaki menurunkan sampah dari logistiknya.
9. Patuhi Aturan dan Sanksi Tegas
Senantiasa mengindahkan aturan yang berlaku. Pengelola gunung harus
memberi sanksi tegas kepada pendaki perorangan maupun kelompok yang
terbukti tidak menurunkan sampahnya sesuai list logistiknya ataupun
melakukan tindak vandalism. Sanksinya bukan cuma larangan mendaki lagi
ke gunung tersebut dan gunung lainnya selama periode tertentu, tapi juga
membayar denda berupa uang untuk biaya operasional pengangkutan sampah
tersebut.
10. Tebus 'Dosa' dengan Aksi Bersih Gunung
Bila
sebelumnya pernah melakukan dosa membuang sampah di gunung sekecil
apapun itu, tebuslah dengan melakukan aksi bersih gunung saat mendaki
gunung itu lagi. Bagi komunitas pendaki baik komersil maupun non profit,
sebisa mungkin melakukan aksi bersih gunung dalam setiap pendakian
massalnya. Jangan hanya jadi ajang pelampiasan ambisi pribadi ataupun
usaha menarik keuntungan semata. Alangkah bagusnya diiringi dengan
kegiatan bernilai konservasi minimal bersih gunung atau melakukan
reboisasi dan lainnya.
11. Sebarluaskan Aksi Green Climbing
Pemahaman tentang green climbing mountain harus disebarluaskan kepada
pendaki pemula maupun kelompok pecinta alam baru lewat milis, jejaring
sosial, diskusi, pendidikan dasar kepecintaalaman di sekolah, kampus,
dan lainnya. Tanamkan kesadaran bahwa hutan, gunung, dan isinya adalah
harta tak ternilai, investasi masa depan untuk kehidupan generasi
berikutnya.
Apabila langkah di atas diindahkan setiap pendaki,
terutama step 2, rasanya gunung - gunung populer sekalipun padat
pendakinya, bisa terbebas sampah.
Prospek Cerah
Perlu
diketahui, gunung - gunung di negeri ini pun menjadi tujuan obyek wisata
petualangan yang berprospek cerah karena kian diminati pendaki
mancanegara. Bila dikelola dengan baik, ke depan obyek ini berpeluang
menjaring pendaki mancanegara dalam jumlah yang lebih besar.
Bila semua gunung populer kita bersih, asri, dan lestari ( baca: bebas
sampah ), pasti pendaki asing akan senang dan puas, lalu memberikan
citra positif dan menceritakan ke rekannya sesama pendaki. Sebaliknya
bila kotor, bisa jadi bumerang. Mereka akan menginformasikan betapa
joroknya prilaku segelincir pendaki kita hingga mungkin bisa membuat
mereka enggan mendaki lagi atau pendaki asing lainnya pun mengurungkan
niatnya mendaki.
Ingatlah perilaku jorok kita di gunung, dapat
merusak imej seluruh pendaki di mata dunia. Nah, detik ini juga
lakukanlah Green Adventuring, Green Mountaineering dalam setiap
petualangan dan pendakian.
sumber : belantara Indonesia
Categories:
0 comments :
Posting Komentar